TOR Workshop Pemberdayaan Pesantren

Term of Reference (TOR) Kegiatan
Workshop Pemberdayaan Pesantren

Kerjasama
Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI
dengan
Prodi Magister Pendidikan Islam Sekolah Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Surakarta

  1. Nama Kegiatan

Kegiatan ini bernama workshop pemberdayaan pondok pesantren di Solo Raya, dengan mengambil tema: Desain Pembelajaran untuk Pengembangan Pemahaman Keislaman yang Rahmatan Lil’alamin di Kalangan Pondok Pesantren di Solo Raya .

  1. Latar Belakang

Dibukanya kran demokrasi dengan gerakan reformasi besar-besaran tahun 1998, mengantarkan Indonesia memasuki babak baru, era keterbukaan. Era keterbukaan ini oleh R. William Liddle disebut sebagai fase liberalisasi politik yang ditandai dengan meruahnya aspirasi yang disampaikan secara publik setelah sekian dikungkung oleh otoritarianisme Orde Baru (Azra, 2003). Salah satu konsekuensinya adalah munculnya berbagai organisasi masyarakat (ormas), tak terkecuali ormas berbasis Islam dengan ragam gerakan dan ideologi yang diusungnya seperti kelompok Islam berhaluan ‘garis keras’ (radikal). Beberapa contoh kelompok Islam garis keras/radikal yang lahir pasca Orde Baru antara lain adalah Laskar Jihad, Front Pembela Islam (FPI), Hizbut Tahrir Indonesia, dan Majelis Mujahin Indonesia. Kelompok-kelompok Islam radikal kerap melakukan penertiban secara swasta, bersikap keras tanpa kompromi terhadap diskotik, klub-klub malam, dan tempat-tempat hiburan. Dengan mengusung jargon amar ma’ruf nahy munkar, mereka berihktiar menyingkirkan segala perbuatan yang diharamkan agama (baca: kemaksiatan) semisal perjudian, minuman keras dan pelacuran. Selain berupaya memberantas kemaksiatan, mereka juga acap menyerang kelompok-kelompok Islam lainnya berideologi berbeda dengan mereka seperti penyerangan terhadap Jemaat Ahmadiyah. Bahkan, kelompok Islam radikal juga tercatat pernah menyerang dan merusak gereja di Temangggung.

Di samping merebaknya radikalisme Islam, pasca lengsernya rezim Orde Baru ditandai pula dengan maraknya aksi terorisme di Indonesia. Tercatat, dalam rentang lebih dari satu dekade pasca reformasi, banyak kasus terorisme terjadi di bumi Indonesia sebut saja misalnya bom Bali I, bom Bali II, bom Kedutaan Besar Australia, bom Hotel JW Marriot I, bom Hotel JW Marriot II, bom Hotel Ritz Carlton, bom masjid Az-Zikra Mapolres Cirebon, dan bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS), Kepunton, Surakarta.

Ironisnya, banyak pelaku terorisme (dan juga radikalisme Islam) merupakan alumni pesantren sebut saja seperti Amrozi, Imam Samudra, Ali Imron, Mukhlas, dan sebagainya. Ulah biadab mereka tentu saja telah menciderai Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin  dan mencoreng wajah Indonesia di dunia internasional. Indonesia yang dulu dikenal publik dunia sebagai negara yang santun dan ramah, karena ulah mereka, kini seakan menjadi bangsa yang pemarah dan intoleran. Di samping itu, akibat ulah mereka pula, kini banyak kalangan yang menilai pesantren sebagai sarang teroris dan tempat persemaian benih-benih terorisme. Penilaian tersebut tentu saja tidak selamanya salah, namun juga tidak selamanya benar. Penilaian tersebut dapat dianggap benar karena ditemukannya fakta dan data yang menunjukkan adanya keterkaitan pesantren tertentu dengan terorisme serta keterlibatan sejumlah alumni pesantren dalam jaringan terorisme dan aksi radikalisme. Sebaliknya, penilaian tersebut dapat dianggap salah karena faktanya tidak sedikit pesantren beraliran moderat dan mengajarkan Islam inklusif.

Pesantren merupakan institusi pendidikan Islam asli (indigenous) dan tertua di Indonesia. Bahkan, kehadirannya telah ada sebelum Indonesia merdeka. Laporan Pemerintah Belanda tahun 1831 tentang lembaga-lembaga penduduk “asli” Jawa mencatat jumlah lembaga-lembaga Islam seperti pesantren mencapai 1.853 buah (Dhofier, 1994: 35). Dalam sejarahnya, pesantren pernah menjadi satu-satunya institusi pendidikan milik masyarakat pribumi yang telah memberi kontribusi sangat besar dalam membentuk masyarakat melek huruf (literacy) dan melek budaya (cultural literacy) (Qomar, t.th).

Sebagai institusi pendidikan Islam tertua di Indonesia, pesantren tersebar di seluruh pelosok nusantara. Salah satu daerah yang banyak terdapat pesantren adalah Solo Raya. Di Solo Raya banyak terdapat pesantren dengan beragam aliran/ideologi, dari yang moderat hingga yang radikal. Menurut Martin van Bruinessen, pesantren-pesantren yang berhaluan konservatif dan radikal di Solo Raya telah ada terutama sejak akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21 (Bruinessen, 2013: 190). Salah satu pesantren terkenal di Solo Raya yang berhaluan radikal dan kerap dikaitkan dengan jaringan terorisme adalah Pesantren Al-Mukmin, Ngruki. Tidak sedikit alumni pesantren yang diasuh oleh Ustad Abu Bakar Basyir ini terlibat aksi terorisme dan radikalisme. Bahkan, mantan pemimpin Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) ini kini tengah mendekam di jeruji besi karena terbukti secara hukum terlibat dan diduga menjadi aktor intelektual di balik sejumlah aksi terorisme di Indonesia. Selain Pesantren Al-Mukmin, Ngruki, diduga masih ada beberapa pesantren lain di Solo Raya yang berpaham Islam radikal. Pesantren-pesantren di Solo Raya banyak dipersepsikan sebagai lahan subur bagi penyemaian Islam radikal lantaran aktivitas mereka dianggap terkait dengan sejumlah organisasi dan jaringan teroris, baik lokal maupun internasional seperti Jamaah Anshorut Tauhid (JAT), Jamaah Islamiyah (JI) dan Kelompok Militer Muslim Malaysia (KMMM).

Keterkaitan pesantren tertentu di Solo Raya dengan terorisme dan keterlibatan alumninya dalam berbagai aksi terorisme-radikalisme tentu saja merupakan fenomena yang memprihatinkan. Pesantren yang semestinya menjadi tempat untuk menuntut ilmu agama (tafaqquh fiddin) dan menanamkan doktrin Islam yang ramah, justru menjadi tempat yang subur bagi tumbuh-kembangnya paham radikal. Kenyataan atas kondisi pesantren saat ini tentunya bertolak belakang dengan karakter otentik pesantren di masa-masa awal yang mampu menampilkan wajah toleran dan damai. Di pelosok-pelosok pedesaan Jawa, Sumatera, dan Kalimantan misalnya, banyak dijumpai pesantren yang berhasil melakukan dialog dengan budaya masyarakat setempat. Pesantren-pesantren di Jawa, terutama yang bermazhab Syafi’i, mampu bersikap akomodatif dengan budaya lokal, sehingga pembauran pesantren dengan masyarakat berlangsung dengan baik. Keberhasilan pesantren seperti ini kemudian menjadi model keberagamaan yang toleran di kalangan umat Islam umumnya. Tak heran jika karakter Islam di Indonesia kerap dipersepsikan sebagai Muslim yang ramah dan damai. Karena itu, hampir tidak pernah terjadi radikalisme di kalangan pesantren dalam bentuk aksi kekerasan, apalagi terorisme (Mursalin, dkk., 2010: 257).

Bertitik tolak dari realitas tersebut, urgen kiranya melakukan workshop pemberdayaan pesantren melalui upaya deradikalisasi pemahaman keislaman di kalangan pesantren di Solo Raya dengan pendekatan lunak. Berhubung pesantren-pesantren radikal pada umumnya sangat resisten dengan isu deradikalisasi, tidak begitu welcome dengan kehadiran ‘orang luar’ dan karenanya cukup sulit untuk diakses, maka upaya deradikalisasi harus menggunakan cara-cara atau pendekatan lunak (soft approach). Pendekatan lunak yang dimaksud di sini adalah dengan melakukan pemberdayaan pesantren melalui workshop desain pembelajaran untuk pengembangan pemahaman keislaman yang rahmatan lil’alamin. Pendekatan lunak dengan melakukan pemberdayaan pesantren ini diperlukan sebagai ‘pintu masuk’ ke dalam komunitas pesantren-pesantren radikal sekaligus ‘mengambil hati’ mereka agar mau mengikuti dan terlibat dalam kegiatan workshop ini.

  1. Tujuan

Workshop bertemakan “Desain Pembelajaran untuk Pengembangan Pemahaman Keislaman yang Rahmatan Lil’alamin di Kalangan Pondok Pesantren di Solo Raya” ini bertujuan untuk:

  1. Memperkuat jaringan kelembagaan antara Prodi MPdI Sekolah Pascasarjana UMS Surakarta dan Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Kemenag RI.
  2. Memperkuat jaringan kelembagaan antara Prodi MPdI Sekolah Pascasarjana UMS Surakarta dan kalangan pesantren di Solo Raya.
  3. Menyusun modul pembelajaran untuk pengembangan pemahaman keislaman yang rahmatan lil ‘alamin.
  4. Melatih ketrampilan tim (fasilitator) dalam workshop ‘Desain Pembelajaran untuk Pengembangan Pemahaman Keislaman yang Rahmatan Lil ‘Alamin di Kalangan Pondok Pesantren di Solo Raya’.
  5. Memberikan pemahaman keislaman yang toleran, inklusif dan rahmatan lil ‘alamin kepada pengurus/ustadz/ustadzah pondok pesantren di Solo Raya.

 

  1. Manfaat

Melalui workshop ini diharapkan Universitas Muhammadiyah Surakarta mampu memberikan manfaat dan kontribusi positif dalam bentuk:

  1. Modul pembelajaran untuk pengembangan pemahaman keislaman yang rahmatan lil ‘alamin.
  2. Pemahaman Islam yang toleran dan rahmatan lil ‘alamin kepada pengurus/ustadz/ustadzah pondok pesantren di Solo Raya.
  3. Role model bagi upaya deradikalisasi di pesantren-pesantren berpaham Islam ‘garis keras’ di Indonesia.

 

  1. Materi Kegiatan, Narasumber, Fasilitator dan Moderator

 Struktur materi  workshop bertemakan “Desain Pembelajaran untuk Pengembangan Pemahaman Keislaman yang Rahmatan Lil’alamin di Kalangan Pondok Pesantren di Solo Raya” ini adalah pakar dan akademisi yang berkompeten.

NO MATERIKEGIATAN NARASUMBER/FASILITATOR MODERATOR/CO-FASILITATOR
1 Menggali Nilai-nilai Rahmatan Lil ‘Alamin dari Ajaran Islam Dr. Hamid Ilyas Dr. Waston, M.Hum
2 Membangun Pemahaman Keislaman yang Rahmatan Lil ‘Alamin di Pesantren Prof. Dr. Koeswinarno Dr. Sudarno Shobron, M.Ag.
3 Mengembangkan Bahan Ajar  Keislaman yang Rahmatan Lil ‘Alamin di Pesantren Dr. Sekar Ayu Ariani Dr. Abdullah Aly, M.Ag.
4 Mengembangkan Kompetensi  Keislaman yang Rahmatan Lil ‘Alamin di Pesantren Dr. Irsyadunnas, M.Ag. Dr. Badaruddin, M.Ag.
5 Mendesain Strategi Pembelajaran Inovatif untuk Pengembangan Pemahaman Islam yang Rahmatan Lil ‘Alamin di Pesantren Dr. Eva Latipah, M.Ag. Dra. Mahasri Shobahiya, M.Ag.
6 Simulasi Strategi Pembelajaran Kolaboratif untuk Membangun Pemahaman Islam yang Rahmatan Lil ‘Alamin di Pesantren Dr. Sekar Ayu Ariyani M. Muhtarom, SH, MH
7 Mendesain Evaluasi Hasil Belajar PAI yang Rahmatan Lil ‘Alamin di Pesantren Dr. M.A. Fattah Santoso, M.Ag. Dra. Chusniatun, M.Ag.
8 Simulasi Evaluasi Hasil Belajar PAI yang Rahmatan Lil Alamin di Pesantren Dr. Sekar Ayu Ariyani Dr. Abdullah Aly, M.Ag

 

  1. Jadwal Kegiatan

Adapun konsep acara workshop dengan tema: Desain Pembelajaran untuk Pengembangan Pemahaman Keislaman yang Rahmatan Lil’alamin di Kalangan Pondok Pesantren di Solo Raya”, kerjasama Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI dengan Prodi Magister Pendidikan Islam, Sekolah Pascasarja UMS Surakarta, tersaji pada lampiran 1.

 

  1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan workshop ini diagendakan akan dilaksanakan pada bulan Desember 2015, yang direncanakan akan dilaksanakan pada:

Hari : Jum’at dan Sabtu
Tanggal : 27-28 November 2015
Tempat : Ruang seminar Sekolah Pascasarjana UMS, kampus 2 lt 5, Jl. A. Yani Pabelan Kartasura No. 1 Surakarta
Jam : 08.00 – 17.00 WIB. (Hari Pertama)08.00 – 17.00 WIB. (Hari Kedua)

 

  1. Panitia dan Peserta

 

  1. Kepanitiaan
Steering Commitee
Ketua : Prof. Dr. Bambang SetiajiRektor Universitas Muhammadiyah Surakarta
Anggota 1 : Prof. Dr. Khudzaifah Dimyati, M.HumDirektur Sekolah Program Pascasarja UMS Surakarta
Anggota 2 : Dr. M.A. Fattah Santoso, M.Ag.
Anggota 3 : Dr. Waston, M.Hum
Organizing Commitee
Ketua : Dr. Abdullah Aly, M.Ag.
Sekretaris : Dr. Sudarno Sobron, M.Ag.
Bendahara : Metha Putri Kusumawardani, S.E
Co. Kesekretariatan : Suwinarno, S.Ag.
Co. Acara : Ahmad Asroni, M.Hum.
Co. Humas : Aris Yunanto, SE
Co. Perlengkapan : Joko Sarjono, SE
Co. Dokumentasi : Erham Budi Wiranto, MA
Co. Konsumsi : Agus Sarwanto

 

  1. Sasaran Kepesertaan

Kegiatan workshop ini akan melibatkan 70 orang peserta yang terdiri dari para pengasuh pondok pesantren di Solo Raya. Khusus untuk pembukaan akan diundang juga unsur dari: kepala kantor Kemenag di Solo Raya, para ketua pembina pondok pesantren Kemenag di Solo Raya, para dosen dan mahasiswa prodi MPdI Sekolah Pascasarana UMS Surakarta berjumlah 30 orang. Adapun rincian peserta aktif kegiatan ini adalah sebagai berikut:

                  

NO DELEGASI/UNSUR JUMLAH PESERTA
1 Pengasuh pondok pesantren di Surakarta 10 orang
2 Pengasuh pondok pesantren di Boyolali 10 orang
3 Pengasuh pondok pesantren di Sukoharjo 10 orang
4 Pengasuh pondok pesantren di Karanganyar 10 orang
5 Pengasuh pondok pesantren di Wonogiri 10 orang
6 Pengasuh pondok pesantren di Sragen 10 orang
7 Pengasuh pondok pesantren di Klaten 10 orang
Jumlah Peserta 70 orang

 

  1. Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Biaya kegiatan workshop ini sebesar Rp 139.200.000,00 (seratus tiga puluh sembilan juta dua ratus ribu rupiah) bersumber dari DIPA/RKAKL Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI Tahun Anggaran 2015.

 

  1. Penutup

Demikian proposal workshop ini dibuat, semoga apa yang menjadi tujuan dari kegiatan workshop ini dapat terwujud dalam rangka mengembangkan pemahaman keislaman yang ramah dan damai di kalangan pondok pesantren di Solo Raya, Jawa Tengah. Atas perhatian dan dukungan Bapak/Ibu diucapkan banyak terima kasih.

Surakarta, 5 November 2015

 

Panitia

Workshop Pemberdayaan Pesantren

Prodi MPdI Sekolah Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Surakarta

 

Lampiran 1

   Jadwal Kegiatan Workshop Pemberdayaan Pesantren

Desain Pembelajaran untuk Pengembangan Pemahaman Keislaman yang Rahmatan Lil’alamin di Kalangan Pondok Pesantren di Solo Raya .

 

Hari Pertama: Jum’at, 27 November 2015
Waktu Kegiatan PIC/Narasumber/Moderator
07.30 – 08.30 Registrasi Panitia
09.00 – 09.30 Opening Ceremony PanitiaProf. Dr. Khudzaifah Dimyati, M.Hum
09.30 – 10.30 Keynote Speech“Menggali Nilai-nilai Rahmatan Lil ‘Alamin dari Ajaran Islam” Dr. Hamim IlyasDr. Waston, M.Hum
10.30 – 10.45 Coffee Break Panitia
10.45 – 11.45 Materi I :“Membangun Pemahaman Keislaman yang Rahmatan Lil ‘Alamin di Pesantren” Prof. Dr.KoeswinarnoDr. Sudarno Shobron, M.Ag.
11.45 – 12.45 ISHOMA
12.45 – 14.45 Materi II:“Mengembangkan Bahan Ajar  Keislaman yang Rahmatan Lil ‘Alamin di Pesantren” Dr. Sekar Ayu AriyaniDr. Abdullah Aly, M.Ag.
14.45 – 15.15 Coffee break & Shalat Asar
15.15 – 16.45 Materi III:“Mengembangkan Kompetensi Keislaman yang Rahmatan Lil ‘Alamin di Pesantren” Dr. Badaruddin, M.Ag.Dr. Irsyadunnas, M.Ag.
16.45 – 19.00 ISHOMA Setiap peserta di rumah masing-masing
19.00 – 21.00 Praktik individual membuat concept map Setiap peserta di rumah masing-masing

 

Hari Kedua: Sabtu, 28 November 2015
08.00 – 10.00 Materi IV:“Mendesain Strategi Pembelajaran Inovatif untuk Pengembangan Pemahaman Islam yang Rahmatan Lil ‘Alamin di Pesantren” Dr. Eva Latipah, M.Ag.Dra. Mahasri Shobahiya, M.Ag.
10.00 – 10.15 Coffee Break Panitia
10.15 – 12.00 Materi V:“Simulasi Strategi Pembelajaran Kolaboratif untuk Membangun Pemahaman Islam yang Rahmatan Lil ‘Alamin di Pesantren” Dr. Sekar Ayu AriyaniM. Muhtarom, SH, MH
12.00 – 13.00 ISHOMA
13.00 – 15.00 Materi VI:“Mendesain Evaluasi Hasil Belajar PAI yang Rahmatan Lil ‘Alamin di Pesantren” Dr. M.A. Fattah Santoso, M.Ag.Dr. Abdullah Aly, M.Ag.

 

15.00 – 15.30 Coffee break & Shalat Asar
15.30 – 16.00 Closing Ceremony Panitia
16.00 – 17.00 Pembagian Sertifikat Kegiatan dan uang saku peserta Panitia

Surakarta, 5 November 2015

Panitia
Workshop Pemberdayaan Pesantren
Prodi MPdI Sekolah Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Surakarta